Kamis, 19 Januari 2017

ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ



Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segolongan orang tua siswa. Biaya untuk sampai ke sekolah, uang yang diperlukan untuk mengisi perut di sela rehat adalah dua hal yang merupakan kebutuhan primer siswa dalam bersekolah.

Pendidikan itu mahal. Sekolah swasta yang biaya operasionalnya yang ditanggung oleh orang tua siswa bisa dibilang adalah ujian hidup bagi orang tua. Semua orang tua siswa pasti akan berjuang menyekolahkan anaknya demi menjadikan anaknya berpendidikan. Pada masa bayaran sekolah, tak jarang ditemui orang tua yang rela meminjam kesana-kemari demi didapatnya kartu ujian, atau bahkan menjual miliknya yang disayang demi didapat raport anaknya tanpa ditahan karena belum bayaran. Sungguh, menuntut ilmu, bagi pelajar dengan latar belakang ekonomi yang kurang adalah anugerah Tuhan yang amat sangat berharga.

            Bagi beberapa siswa, menuntut ilmu di sekolah merupakan hal yang mewah. Ilmu yang didapat di sekolah harus dimaksimalkan untuk mengejar ketertinggalan dari materi teman yang belajar di bimbel. Jangankan bermimpi bisa dibimbing oleh kakak-kakak di lembaga bimbel, mimpi memiliki buku-buku tambahan untuk belajar pun rasanya sulit untuk dibuat nyata. Lembaga bimbel mahal, buku tambahan pelajaran mahal. Siswa hanya bisa belajar sendiri.

            Citra pendidikan yang mahal semakin membuat siswa bersedih saat asanya untuk belajar di perguruan tinggi terhalang oleh keterbatasan biaya. Buku SBMPTN mahal, bimbel mahal, belajar via internet berbayar. Siswa hanya bisa mengumpulkan serpihan ilmu-ilmu yang dipelajarinya di sekolah untuk persiapan perang; perang menaklukkan soal yang sangat asing bila belum berkenalan.

Saya mungkin salah satu dari siswa yang tergambar di atas. Bedanya saya lebih beruntung. Saat itu, pertengahan 2014, saat belum ada Kartu Jakarta Pintar, saya memiliki akses internet di Blackberry Curve replika untuk mengunduh beberapa materi SBMPTN. Saya pelajari sendiri dalam himpitan layar handphone berukuran 2 inci, dan voila, rasa syukur tak terhingga pada Allah Ta’ala, saya bisa lulus SBMPTN pilihan pertama di Universitas Negeri Jakarta.


Saya tidak pernah sama sekali menginjakkan kaki saya di bimbel, pun takkan mampu membiayai kakak terpelajar untuk datang mengajari bagaimana cara memahami materi, menyelesaikan tugas, atau sekadar bercerita peluh dan kisah di hati. Pendidikan menampakkan keterbatasan, tapi harus ada seseorang yang percaya bahwa batas itu dapat dikaburkan, bahkan dihapuskan.

Mengajar, bukanlah perkara mudah. Keluwesan dalam menyampaikan materi tidak bisa praktis dikuasai. Seperti mahirnya seorang bermain bola karena latihan yang dijalani, mahirnya seorang pengajar pun lahir dari tekadnya untuk berlatih. Berlatih dalam hal menguasai materi, menerjunkan diri, dan langsung berinteraksi dengan objek kisah pendidikan ini; manusia-manusia dengan kecerdasan luar biasa bernama siswa.

            Sebagai mahasiswa yang bercita jadi guru, diri ini masih kaku bertemu papan tulis, spidol dan manusia berseragam sekolah. Semua ini karena kurangnya latihan dan tekad untuk menceburkan diri ke dunia kesiswaan, ke dunia pendidikan.

            Kabar mengenai Karya Salemba Empat yang membuka formasi pengajar baru sangat menarik minat saya. Baru saja malam sebelumnya saya menuliskan 70 mimpi yang didalamnya ada satu mimpi untuk mengajar SBMPTN, saya merasa Allah memberi saya jalan, menggiring saya untuk berlari mengejar mimpi. Seminggu sebelum mengetahui kabar ini pula, saya habis membeli buku bekas SBMPTN di toko buku bekas, dan membeli buku persiapan STAN di bazaar buku murah, berharap suatu saat buku-buku tersebut dapat saya manfaatkan untuk saya bagi isinya, dan berita Rumus KSE menjawab semua hal ini.

            Sebagai mantan siswa yang tak pernah belajar di lembaga bimbingan; mahasiswa bidikmisi yang seharusnya mengabdi, saya sangat ingin berbagi tanpa ada uang yang diiming-imingi. Saya tak ingin rasa pamrih itu muncul saat saya menerima uang yang terbungkus amplop pada penghujung hari. Saya sudah mengalami itu berbulan-bulan dan sangat berbeda sekali rasanya saat saya mendapat balasan lain selain materi. Jiwa ini tak terbebani, karena uang tersebut bisa dipakai oleh siswa untuk membeli kebutuhannya yang lain.

Mengajar tanpa dibayar akan memberi senyum yang lebih merekah pada wajah siswa, pun bahagia yang takhingga pada hati sang pengajar. Saya, ingin sekali menambah pengalaman, mengajar tanpa di bayar. Membantu, sebisa yang saya mampu. Menghapus batas-batas pendidikan, dengan mengajar SBMPTN di Rumus KSE.

Mengajar dengan tepat waktu merupakan kewajiban guru. Bila saya terpilih menjadi pengajar Rumus KSE, saya siap untuk mengajar secara tepat waktu, karena tepat waktu adalah suatu kewajiban, bukan pilihan.

PS: Udah bikin esai, eh nggak wawancara karena kebentur agenda lain. Jadinya esai ini jadi kenang-kenangan aja deh :)

Minggu, 21 Agustus 2016

Aku Cinta Indonesia Raya



"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Tanahku, negeriku yang kucinta..
Indonesia Raya, merdeka, merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!"

Dulu.. Setiap hari Senin.. Nyanyi lagu Indonesia Raya gak pernah dihayatin. Cuma nyanyi sekedar nyanyi. Apal lirik tapi ga pernah dihayati liriknya.. Padahal kalo kita nyanyi dengan menghayati liriknya, bakal ada suatu rasa haru, bahagia dan bangga menyanyikannya. Apalagi ditambah tangan kita yang menghormat, dan mata kita yang melekat pada bendera yang perlahan naik ke ujung tiang bendera.. Lalu saat kelas 9, pada suatu senin pagi yang cerah, saya mulai merasakan khidmatnya upacara saat menyanyikan lagu Indonesia Raya..

Indonesiaaa! Saya cintaa Indonesia. Dengan semangat lagu Indonesia Raya itu saya semakin cinta pada Indonesia. Mengapa saya cinta Indonesia? Jawabannya adalah karena saya lahir di bumi pertiwi ini, yang saya yakin inilah bumi yang paling asri, bumi yang takkkan bisa terganti meski saya nanti *aamiin* pergi ke luar negeri~

Ya. Siapa yang gak cinta pada negeri dimana tanda-tanda kebesaran Allah dengan mudah dapat kita temui? Bumi yang Allah hamparkan, gunung yang Allah tegakkan, dan langit yang Allah tinggikan (Qs. Al-Ghasyiah).. Dimana kita bisa temui beribu suku, budaya dan bangsa menyebar di seluruh wilayah Indonesia, yang Allah telah tetapkan tujuannya tidak lain agar manusia saling mengenal?

Musim yang romantis.. Suhunya stabil. Tidak terlalu tinggi, tidak juga tetiba turun drastis.. Tidak seperti negara-negara yang dingin sebab letaknya yang dekat kutub utara. Tidak pula seperti negara-negara yang kering karena dikelilingi padang sahara. Mana nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? Berpuasa hanya 13 jam, sedang negara lain bisa sampai 18 jam..


Adem banget kaan
Okee. Sekarang saya mau cerita tentang Indonesia, tentunya hal-hal menarik yang ada di Indonesia yang bakal membuat kamu semakin cinta pada Indonesia!

Peta Natuna
Mulai dari ujung Indonesia ya.. Kamu tau di ujung Indonesia itu ada pulau apa? Ada Pulau Natuna.. Pulau yang dikelilingi oleh lautan yang indah. Pulau yang sumber gas alamnya melimpah.. Pulau yang saat ini diklaim sama Tiongkok. Ini nih saking cantik dan kayanya Indonesia, banyak yang pengen milikin. Tapi Pulau Natuna ini resmi milik Indonesia kok.. Wong jelas-jelas Kabupaten Natuna ini masih bagian dari Provinsi Kepulauan Riau..

Alif Stone Park Pantai Natuna
Lalu apa lagi ya yang membuat kita jatuh cinta pada Indonesia? Wah kamu betul. Of course kalo urusan perut semua orang bakalan seneng. Yaa. Indonesia terkenal banget sama makanan tradisionalnyaa. Gak kehitung deh ya berapa banyak makanan khas suku tertentu, daerah tertentu. Bikin semakin cinta kan? Apalagi buat yang suka wisata kuliner. Kalo ke Jakarta ada gado-gado, kerak telor. Ke Pekalongan ada Sego Megono. Ke rumah padang eh maksudnya ke Padang ada rendaang. Ke palembang ada pempek, kemana lagi ya? Kasih tau saya dong.. Soalnya saya ga sering makan di luar, seringnya makan mie instan wkwk *giamana sih ki katanya cinta Indonesia(?)* maafin eaaa~

Oh iya masalah budaya nih. Luar biasa banget kan kebudayaan di Indonesia. Tengok aja kebudayaan betawi, kebudayaan jawa, kebudayaan sunda, semuanya punya kekhasan masing-masing. Kemarin saya ambil matkul Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, wah jadi lebih mengenal kebudayaan Indonesia, menyelam ke seluk-beluk Indonesia lebih dalaam.. Asoy..

Hayuk mau apa lagiii? Tempat wisata dan pemandangan dong yhaa! Wuaah, yang suka ngeksplor Indonesia ngacung!!! Saya sukaaak tapi gada yang ngajak, ajak dungss wkwk mau banget apa kih? Hmm kalo di daerah Jakarta dulu yaa saya pernah ke pantai Ancol, pantai tanjung pasir, Pulau Seribu, Pulau Untung Jawa, Ragunan (wkwk), Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Cibodas, yhaa banyak lah ya pokoknyaa. Yogyaa, Candi Borobudur, Pantai Parangtritis, dll. Tasikmalayaa, Pantai Pangandaran.

Saya juga pernah naik gunung Gede Pangrango.. Wuaah saya itu lemah deh fisiknya *karena jarang olahraga* wkwk tp saya daki gunung gede dengan semangatt walaupun ngos-ngosan.. Dan saat nyampe puncak, bahagiaaa. Pasti bakal lebih bahagja kalo nanti kita, *lah kita(?)* naik gunung Semeru yaaa. Wuaaah.. Intinya di Indonesia banyak bangeet gunung yg bisa didakiii. Eitsss tapi jangan sampe lupa yaa, masjid juga didatangi buat solat berjamaah yaa para pendaki gunung!! Gunung tinggi-tinggi aja didaki, masak masjid ato musholla yang jaraknya cuma beberapa puluh meter kagak mau didatengin? Malu dong kakak~ hehe

Hmm yaa rada ga nyambung yaa tulisannya. Emang begini, soalnya kagak bikin outlinenya sayaa wkwk. Disudahi aja apa nih? Apa mo dilanjut? Udah memenuhi jumlah kata yg diwajibin Ka Ayu gak yhaa? Wqq~

Okee kusudahkan saja. Pokoknya aku cinta Indonesia.. Kamu juga kan? Berarti kita jodoh #eh. Sekian. Terima kasih banyaaak.




Universitas Negeri Jakarta, Kampusku



Bismillah..

Kali ini saya akan menulis tentang kampus yang saya cintai, Universitas Negeri Jakarta. Kalo ada yang nanya saya kuliah dimana, saya selalu menyertakan nama UNJ dengan IKIP karena banyak orang yang belum tau kalau UNJ itu ya IKIP, cuma berganti nama saja. Kenapa namanya UNJ, bukan IKIP lagi? Kenapa ya.. Karena pada tahun 1999, pemerintah memberikan izin pada IKIP-IKIP di seluruh Indonesia untuk membuka prodi-prodi non-kependidikan.

Hmm kamu tau gak sih kalau sebelum jadi IKIP, sebenernya IKIP alias UNJ adalah bagian dari UI, alias Fakultas Ilmu Pendidikannya UI. Wow, pantes yah besar kampus UNJ gak sebesar UI, karena asal muasalnya kayak gitu guys.. Tapi.. Jangan langsung ngejudge UNJ kecil. Main kesini deh, UNJ gak kecil kok, UNJ luas, banyak pohonnya, banyak gedung-gedung modernnya..  


Jadi, beberapa tahun belakangan ini UNJ terus-terusan bangun gedung. Gedungnya ya gedung kekinian. Yazzeq. Ada gedung Sertifikasi Guru, Dewi Sartika, RA Kartini, dan gedung Sarwahita yang sebentar lagi rampung dibangun.. Wah, bisa bayangin dong yah kuliah di gedung baru, semua fasilitasnya baru, pasti nyaman banget..


Oh iya, UNJ juga bangun tugu baru, tugu bertuliskan Universitas Negeri Jakarta. Tugu ini jadi ikonnya UNJ yang kalo ada orang main ke UNJ, maba, atau kakak-kakak yang baru lulus sidang, foto-foto di tugu UNJ. Karena rasanya bangga aja gitu ya berdiri di depan nama kampus tercinta..

Nah ngomongin UNJ secara fisik udah, sekarang kita kenalan sama fakultas-fakultas di UNJ yuk.. Di UNJ ada 7 fakultas:
1. Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA)
2. Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
3. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
4. Fakultas Ekonomi (FE)
5. Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
6. Fakultas Teknik (FT)
7. Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

Nah saya anak fakultas yang saya sebutin pertama tuh, saya anak FMIPA UNJ, asoy gak dengernya? Asoy ya hehe. Btw kali ini saya nulisnya pakai hape. Entah kalo pake hp jadi lebih sok sweet gitu ngetiknya. Dimaafin yaa..

Hmm selain ada 7 fakultas yang mendiami kampus A, kampus B, kampus C, dan kampus D, kampus E(?) *eh ada gasih kampus C? Wkwk* yaa di kampus A ada jugaa program pasca sarjana. Gedungnya juga baruu. Waah kalo mau ngadem, kesana deh hehe gedungnya high quality *kata orang sih gitu, belom pernah iseng main disana*.

Hmm, kok saya berdehem mulu ya. Yaa pokoknya saya disini mau cerita tentang UNJ sekilas-sekilas aja ya. Sekarang saya mau cerita tentang organisasi tingkat UNJ, yang kalo masuk kesana, temen-temen kamu bukan lagi temen sekelas, seprodi atau sefakultas, tapi ini udah se-universitas. Yazzeq. Kalau di UNJ, organisasi tingkat univ ini adanya di satu gedung, namanya gedung G, gedungnya para organisatoris hehe. Gedung ini 3 lantai, tiap lantainya diisi sama kurang lebih 5-6 organisasi *kalo gasalah*. Ada Bem Unj, Ksr, kspa, kopma, era fm, kpm, ukm, mtm, uko, sigma tv, lkm, ldk, racana, menwa.. Udah semua kesebut belum yaa, kayaknya udah.. Yaa, organisasi-organisasi tersebut menaungi bakat dan minat mahasiswa unj..

Kehidupan di gedung G ini kalo bisa dibilang hampir 24 jam ya karena memang kegiatan organisasi disini padet banget *kali*. Saya.. 2 tahun pernah ngikut 2 organisasi di gedung G ini, gamau nyebut merek ah hehe, tapi saya galanjut, galanjut sejak sebulan masuk karena kurang sesuai sama keinginan saya. Emang inginnya apa sih ki? Hehe rahasia.. Jadinya saya ikut organisasi tingkat jurusan saja deh.. Sama tingkat fakultas..

Yuuk beralih ke jalur masuk ke UNJ. Pasti udah pengen banget kan masuk UNJ? Pake almamater hijau, trus bangga kalo ditanya, kuliah dimana? Jawabnya sambil berdeham, *hmm kuliah di UNJ bu*. Yoii haha. Jadii kalo mau masuk UNJ kudu lolos seleksi kayak snmptn, sbmptn dan jalur mandiri, gada jalur beli kursi yaa hehe emang di toko perabot beli kursi(?)~ ohiyaa tapi mulai 2016 ini jalur masuk UNJ nambah 1, yaitu jalur prestasi, jadi misalnya yg hafidz 30 juz, punya prestasi nasional, bahkan internasional, bissaa dateng ke UNJ, bawa sertifikatnyaa dan insya Allah bakal disambut dengan bahagia oleh UNJ.

Ada yang mau nanya gak saya masuk UNJ jalur apa? Gada yang mau nanya? Yah sedih deh:( Tapi saya tetep bakal cerita walaupun kamu gamau tau bahkan gamau baca:p

Jadi sejak sd saya bukan anak negeri. Kalo ibarat ayam mah, saya ayam kampung alias sekolahnya di kampung aja, kampung rawa, kampung baru, karena almarhum bapak saya anti sekolah negeri, bapak saya pengen anak-anaknya mengerti agama dengan baik. Padahal bapak saya jebolan sekolah negeri loh dari sd.. Mungkin bapak saya pengen anaknya lebih ngerti agama, dan bapak percaya banget nitipin saya belajar di madrasah selama 13 tahun saya sekolah hehe.

Madrasah ini seimbang antara pelajaran agama dan umumnya. Jadi saya mah gajago-jago amat pelajaran umum dan saya tau saya gabakal bisa lulus UI dengan kemampuan umum yang saya punya.. Akhirnya saya mengukur kemampuan saya dan saya yakin memilih UNJ. Snmptn saya pilih UNJ tapi ditolak huhu. Tapi hujan gaselamanya terjadi, betapa bahagianya saya saat saya lolos UNJ pilihan pertama pendidikan matematika..

Padahal saya gak belajar maksimal, saya gak pernah ikut bimbel, saya kagak punya buku sbmptn.. Saya cuma modal fotokopi beberapa paket soal sbmptn tmn saya dan belajar dari internet.. Pokoknya kalo dibilang belajar mati-matian mah kagak, karena saya itu abis ikut tes beasiswa kedokteran di kementerian agama, dan udah pede banget bakal lulus ekwk ehhh h-7 sblm sbm, saya galolos beasiswa itu wkwk dengan hati yang patah, saya bangkit buat belajar sbmptn.. Pokoknya saat itu saya serasa dijatuhkan dari atas kasur (?) hehe soalnya perjuangan buat ikut beasiswa itu luar biasa bangeet hehe.

Tapi semua sudah berlalu, kini saya sudah bahagia sekali kuliah di UNJ. Ketemu temen-temen yang luar biasa, calon-calon guru yang santun, humoris, aktivis, organisatoris.. Pokoknya saya bahaagia kuliah di UNJ. Kamu gimana? Saya tunggu kamu di UNJ yaa :)

Sekian dan terima kasih :)

Bonus pict.

 Gedung Rektorat

 Gedung RA Kartini & Sarwahita difoto dari lapangan UNJ Square (Sumber google)

 Gedung BNI

 Semua foto disini sumbernya dari Google yaa



Rabu, 17 Agustus 2016

Promosi Matematika Universitas Negeri Jakarta



Matematika? Kenapa harus matematika?

Bayangin deh dunia tanpa matematika. Ibu-ibu gak ngerti cara ngitung berapa biaya keperluan rumah tangganya selama satu bulan. Insinyur gak bisa bangun jembatan dan bangunan-bangunan tinggi. Akuntan gak bisa menghitung masalah akuntansi. Dinas kependudukan gak bisa menghitung jumlah penduduk Indonesia dengan mudah. Pelajar Indonesia gak bisa bersaing dengan masyarakat internasional. Lalu, masih sebel sama pelajaran matematika? Hmm. Klise sih. Tapi argumen tersebut ada benarnya kan?

Kenapa sih pemerintah maksain banget ada pelajaran matematika sejak tahun pertama anak di sekolah dasar? Kenapa juga matematika ada di semua jenjang pendidikan? Mau sejauh apapun seseorang yang belajar di lembaga pendidikan formal kabur dari matematika, toh bakal ketemu matematika juga!

Sebenarnya, ada satu alasan sederhana banget buat menyukai matematika, ya walau rada terpaksa. Karena dengan belajar matematika, setidaknya kamu bisa lebih tegak berdiri di hadapan orang lain. Contohnya aja deh saat adik kamu minta diajarin PR matematika, adik kamu ini SMP atau SMA, kalau kamu gak ngerti pas dia minta ajarin, apa kata dunia? Hehe. Misal juga kamu baru lulus SMA, mau masuk PTN, semua PTN pasti memuat soal matematika dalam setiap ujiannya, dan biasanya soalnya lebih susah satu bahkan beberapa tingkat dari soal rutin yang diajarkan di sekolah. Kamu gak bisa mengelakkan itu kan?

Oke cukup cuap-cuap gak jelasnya. Saya Kiki dan saya cinta matematika. Saya suka matematika karena saya suka hal yang menantang. Matematika terus dan selalu menantang untuk dipecahkan. Semakin sulit semakin ingin saya pecahkan. Kalau kata Cinta, “pecahkan saja gelasnya biar ramai”, kalau kata saya “pecahkan saja soalnya biar pintar” halah #maksa.

                Hmm. Kata orang benci itu  bisa jadi cinta. Benar. Saya sudah membuktikannya. Awalnya saya sama kayak orang-orang. Benci banget sama matematika. Tapi ujungnya malah jadi jatuh cinta. Ups. Sampai memutuskan untuk mengisi waku saya mempelajari dan mengajarkan matematika. Ya, saya mahasiswa matematika setengah mateng. Kenapa? Karena saya bukan anak murni, tapi saya matematika oplosan, Pendidikan Matematika.

                Kenapa harus pilih jurusan matematika? Alias matematika UNJ? Karena matematika UNJ itu kece. Dari segi sarana dan prasarananya udah kece lah ya, ruangan full AC, ada TV Lcd 50 inci di tiap kelas. Menempati gedung berlantai 10 yang baru selesai dibangun pertengahan 2014. Laboratorium komputer lengkap. Wifi ada. Ya walau misah sama temen-temen sesama FMIPA, tapi jurusan matematika ini tetep gak lupa kok sama FMIPA. Tetep nyatu dan berbaur dalam kekeluargaan MIPA.

Dari segi akademik juga kece. Ujiannya itu paralel, 4 angkatan, selama 2 minggu, kayak ujian-ujian di sekolah lah ya. Ada minggu tenang juga. Dosen pengajarnya jebolan universitas ternama di Indonesia, banyak juga yang jebolan universitas luar negeri. Kece deh, kurikulum dan cara mengajarnya juga asik-asik. Ya walau rada susah dapet A haha karena standar penilaiannya yang sekarang udah A, A-, B+ dst.

Dari bidang kegiatan mahasiswa di matematika juga banyak yang mewadahi minat mahasiswa. Ada BEM, buat mahasiswa yang suka bergerak dan senang bekerja dalam ranah eksekutif. Ada LLM, Lembaga Legislatif, buat mahasiswa yang suka mengawas dan mengawal kerja dan kinerja eksekutif. Ada Default, organisasi khusus mahasiswa prodi siskom yang bergerak dalam bidang penelitian, riset, dan teknologi komputer. Ada math coustic, buat mahasiswa yang suka bermusik, main gitar, dan atau jago nyanyi.

Pokoknya kalo ditanya apa perasaan saya setelah 4 semester menjalani perkuliahan di matematika unj, saya akan jawab, saya sangat bersyukur dan bahagia. Karena walau rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita, kampus UNJ tetep paling hijau dong? Almetnya hijau haha. Serius. Kalau gak ada bersyukurnya mah pasti pengen caw dari UNJ, envy sama mahasiswa univ lain yang juara lomba atau olimpiade matematika disana-sini. Tapi berproses dan belajar kan bisa dimana aja. Waktu berjalan terus. Sebisa mungkin minimalkan keraguan dan keirian hati. Karena sukses itu gak selalu ditentukan dari tempat dimana kita belajar. Sukses itu lahir dari diri kita. Dari akhlak kita dan kerja keras.

Ya, jadi masih ragu mau masuk matematika UNJ? Come join us. Jadi yang manakah yang akan kamu pilih, Pendidikan Matematika, Matematika, atau Sistem Komputer? Kutunggu kamu di Matematika UNJ yaa ;)

 Bonus Pict.
 Gedung-gedung UNJ

 Ruang Kelas Kami~

 Waktu LCC~

ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ

Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segol...