Ribuan orang
bergerombol di jalan. Bukan. Orang-orang itu bukan sedang berdemo menuntut
harga bbm turun. Bukan pula mengantri untuk mengambil ‘bantuan langsung tunai’.
Lalu, sebenarnya apa yang mereka lakukan?
Orang-orang itu asyik
dengan diri mereka sendiri. Ada yang diam. Ada yang terlihat bosan. Ada yang
mulai mengerutkan dahinya. Ada yang membenarkan posisinya. Ada yang sudah tidak
sabar dengan apa yang dihadapinya. Sebenarnya apa yang mereka hadapi?
Disini porsi mereka
berbeda. Sesuatu itu dikuasai oleh orang dengan kepentingan berbeda. Satu orang
ada yang menguasai 150 cm2, ada yang menguasai 500 cm2. Sebenarnya
dimana mereka? Apa yang mereka kuasai?
Disana, secara tidak
sadar mereka merusak diri mereka. Organ dalamnya tercemari. Akal sehatnya
tersakiti. Perasaan dan egonya terkuati. Waktu dan daya ciptanya terlewati.
Mereka tak perduli. Mereka anggap ini biasa. Mereka rasa inilah siklus
kehidupan yang memang harus mereka lalui setiap hari.
Tidak pernahkah
mereka bertanya dimana sebaiknya mereka berada? Apa ini, apa itu? Kenapa daku
berdiam disini? Menunggu sesuatu berubah lalu dengan pelan-pelan menyeret alat
yang membawaku itu ke tujuan?
Bosan. Kesal. Marah.
Itu sudah biasa.
Ditemani bau khas
itu. Disuguhi pemandangan memuakkan itu.
Sudahlah. Ini hanya
dumelanku saja.
Ya, kadang aku
berpikir. Apa hanya aku yang berlebihan menanggapi masalah ini?
Apa hal ini akan
dibiarkan terus menerus?
Apa aku harus
selamanya menjebak diriku pada lingkaran tak berguna itu?
Kenapa tak ada yang
memberi solusi?
Kenapa semua orang
acuh?
Kenapa aku marah?
Kenapa masalah
kemacetan tak pernah bisa dituntaskan?????
Aku tak berharap
muluk-muluk. Jika tak bisa dituntaskan, apakah bisa dikurangi saja? Bila tak
bisa dikurangi, apakah boleh stagnasi saja? Jangan biarkan luka ini makin
parah. Jangan biarkan kemacetan ini makin merah.
Setiap hari orang
kehabisan waktunya di jalan. Durasi mereka di jalan setiap harinya selalu
bertambah.
Harus apa?
Mengurung diri saja
di rumah? Meninggalkan kota dengan sejuta kerumitan sarana dan prasarananya?
Membiarkan yang kaya
mengambil segala hak milik yang miskin?
Membeli segala hal
yang mereka mau?
Biar saja mereka di
dalam kulkas berjalannya sana.
Berdiam seorang diri
mengendarai alphard, jazz, avanza, jeep, dalam kemacetan Jakarta sambil
menghubungi kolega untuk memutuskan berapa harga untuk menggusur rumah di
kampung sebelah sana.
Kiki. Anak yang bosan terjebak macet.
18/12/2015 21.59.
Curahan hati seorang kiki ehehe
BalasHapusKesel banget kan yaa ngeliat orang" bermobil yang penuh"in jalan, makan tempat banget padahal isi mobilnya cuma pengendaranya aja.
Terus juga kalo ada pejabat" yang lewat, pasti deh jalan di kosongin dulu buat mereka lewatin, kenapa ga biarin mereka ngerasain masalah yang mereka anggap udah biasa di jakarta ini. Biar mereka sadar kenapa masyarakat kecil ga berenti" ngomongin masalah itu.