Tulisan ini ditulis kala hati saya benar-benar tidak kuat untuk menahan apa yang ada di dalam dada. Tahun lalu. Beberapa bulan setelah menjadi mahasiswa baru. Sedikit menyedihkan kalau diingat-ingat. Yup.
“Aku tau, hadirku dalam hidupmu bagaikan tiupan angin yang menggerakkan sehelai rambutmu, tak terlihat,
pun tak terasa.”
Terima kasih telah membawaku
keluar dari persembunyianku dan membuat ruang kosong yang berdebu itu berlagu
kembali. Meski hanya sementara, aku bahagia.
Dencit sepatu boots itu dan lagu
instrumental di perapian membawaku kembali melayang pada pertemuan tadi. Kenapa
sulit sekali rasanya bagiku menepikan perasaan ini. Ah. 3 tahun hati ini
membeku lalu kenapa dia mencair begitu saja. Selalu seperti ini. Dan aku sudah
tau akhirnya akan seperti ini. Jatuh cinta. Dan selalu memikirkannya. Alasannya
adalah ini baru kali pertamanya segala hal terjadi tanpa ditebak dan tanpa
dikira seperti sebuah takdir yang berjalan dan pasti akan terjadi sesuai
skenario Tuhan.
Tuhan, mengapa kau hidupkan lagi
perasaan ini. Cukup. Aku hanya akan terluka jika memunculkan rasa ini. Tiap
jam, hari, minggu selalu tersenyum sendiri memikirkannya. Lalu tiba-tiba
bersedih sendiri dan sesak sendiri saat hal aneh terjadi.
Dering sms itu. Kumohon, jangan
membawaku kembali mengingatnya. Ini bukan masalah dia, kamu, atau siapapun. Ini
tentang aku. Ya hanya tentangku. Serpihan peristiwa itu serasa mengiris relung
hatiku.
Bisakah kau tetap dan terus
pergi? Cukuplah melukis kenangan dalam jiwaku. Jangan hubungi aku lagi. Biarkan
pertemuan ‘takdir’ tadi sebagai akhir pertemuan ‘takdir’ kita. Aku benci saat
mengingatnya lagi. Aku berharap semua yang terbaik untukmu. Semoga kamu sukses
dan bahagia. Biar aku jadikan dirimu sebagai mimpi di bawah teriknya sinar matahari
di depan pintu pustikom. Kini saatnya aku bangun dari tidurku. Terima kasih.
Nahh, kalo saya udah menulis paragraf terakhir tuh rasanya plong banget. Abis nulis itu, perasaan gundah gulana da galau saya hilang seketika. Bagi saya, thats the power of writing. Menulis meredakan hati yang galau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar