Minggu, 20 September 2015

Ruang Kosong itu (dulu) Melagu Kembali

Tulisan ini ditulis kala hati saya benar-benar tidak kuat untuk menahan apa yang ada di dalam dada. Tahun lalu. Beberapa bulan setelah menjadi mahasiswa baru. Sedikit menyedihkan kalau diingat-ingat. Yup.




“Aku tau, hadirku dalam hidupmu bagaikan tiupan angin yang menggerakkan sehelai rambutmu, tak terlihat, pun tak terasa.”

Terima kasih telah membawaku keluar dari persembunyianku dan membuat ruang kosong yang berdebu itu berlagu kembali. Meski hanya sementara, aku bahagia.

Dencit sepatu boots itu dan lagu instrumental di perapian membawaku kembali melayang pada pertemuan tadi. Kenapa sulit sekali rasanya bagiku menepikan perasaan ini. Ah. 3 tahun hati ini membeku lalu kenapa dia mencair begitu saja. Selalu seperti ini. Dan aku sudah tau akhirnya akan seperti ini. Jatuh cinta. Dan selalu memikirkannya. Alasannya adalah ini baru kali pertamanya segala hal terjadi tanpa ditebak dan tanpa dikira seperti sebuah takdir yang berjalan dan pasti akan terjadi sesuai skenario Tuhan.

Tuhan, mengapa kau hidupkan lagi perasaan ini. Cukup. Aku hanya akan terluka jika memunculkan rasa ini. Tiap jam, hari, minggu selalu tersenyum sendiri memikirkannya. Lalu tiba-tiba bersedih sendiri dan sesak sendiri saat hal aneh terjadi.

Dering sms itu. Kumohon, jangan membawaku kembali mengingatnya. Ini bukan masalah dia, kamu, atau siapapun. Ini tentang aku. Ya hanya tentangku. Serpihan peristiwa itu serasa mengiris relung hatiku.

Bisakah kau tetap dan terus pergi? Cukuplah melukis kenangan dalam jiwaku. Jangan hubungi aku lagi. Biarkan pertemuan ‘takdir’ tadi sebagai akhir pertemuan ‘takdir’ kita. Aku benci saat mengingatnya lagi. Aku berharap semua yang terbaik untukmu. Semoga kamu sukses dan bahagia. Biar aku jadikan dirimu sebagai mimpi di bawah teriknya sinar matahari di depan pintu pustikom. Kini saatnya aku bangun dari tidurku. Terima kasih.



 Nahh, kalo saya udah menulis paragraf terakhir tuh rasanya plong banget. Abis nulis itu, perasaan gundah gulana da galau saya hilang seketika. Bagi saya, thats the power of writing. Menulis meredakan hati yang galau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ

Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segol...