Minggu, 20 September 2015

Tulisan 1 Tahun Kepergian Bapak

Kosan, 18 September 2014.

Hari ini, genap sudah setahun kau pergi meninggalkan kami pak..
Aku, anakmu yang lemah ini akan selalu berusaha menjadi 'manusia' yang dapat engkau banggakan, dapat memperberat timbangan amalmu di yaumil mizan nanti.
Maafkan aku yang kadang lupa mendoakanmu. Maafkan aku yang selama engkau merawatku, aku hanya bisa membuat engkau kesal, marah, dan bahkan menyesal mempunyai anak sepertiku.
Aku, sejatinya masih sangat membutuhkan sosokmu, Pak. Aku lemah. Aku belum berani menatap dunia. Aku masih butuh uluran tanganmu untuk menuntunku mengenal apa itu dunia.
Setahun ini duniaku sunyi. Setiap detik hatiku hanya terisi dirimu. Beribu juta kebahagiaan baru takkan bisa menutupi dan melengkapi potongan hatiku yang telah hilang semenjak 18 September tahun lalu.
Entah. Aku selalu butuh waktu setiap minggu untuk menangisimu. Aku menangis bukan karena aku tak menerima takdir yang telah Allah tetapkan sejak zaman azali dahulu. Aku menangis, karena aku rindu. Hanya rindu. Aku menghitung hari, sampai kapan diriku ini tak bisa menjumpai ragamu? Mungkin aku terlalu berlebihan bersikap seperti ini, bersikap seolah tak rela dengan takdir Allah. Kadang kucoba menenangkan diriku. Menenangkan dengan keyakinan bahwa dirimu sedang tertawa bahagia di alam yang tak kuketahui bagaimana bentuknya. Aku yakin, engkau sedang tertidur nyenyak di atas tempat tidur yang amat nyaman sekali dibanding tempat tidurmu di dunia. Tapi apa daya, hatiku kembali ambruk. Kini kuteringat bahwa di bawah batu nisan yang bertuliskan namamu, terdapat raga yang menjadi penyemangat hidupku selama ini. Tak bisa ku bayangkan pak. Tak bisa. Demi Zat yang menciptakan langit dan bumi aku ingin memelukmu sekarang. Seumur hidupku bersamamu, aku hanya anak perempuan yang cuek yang tak pernah memeluk engkau. Bahkan pertama dan terakhir kali aku mencium pipimu adalah saat sebelum kapas putih menutupi wajahmu. Sungguh, akupun benci, amat benci pada diriku sendiri. Dimana rasa sayangmu pada bapak saat ia masih bisa menatap, berbicara dan menasihatimu? Tidak usah menangis! Kali ini aku hanya ingin menanyakan pertanyaan ini pada dirimu. Dimana dirimu saat bapak butuh kasih sayang dan perhatian keluarga? Dimana dirimu dikala waktu hendak memisahkanmu dengan bapakmu? Mungkin semua tinggal penyesalan. Kini tak ada hal yang bisa kau lakukan selain mendoakannya. Melakukan amal saleh yang dapat membuatnya bahagia. Menjadi manusia yang bertaqwa dan bermanfaat agar ia tenang disana karena ia telah berhasil membimbing putrinya ke jalan taqwa yang diridhoi Allah. Buktikan padanya bahwa Kiki kuat. Tak boleh ada kata menangisi bapak lagi. Karena kiki sudah besar. Kiki harus berani menatap dunia tanpa harus dituntun bapak lagi. Setiap langkah yang kiki lalui, percaya pada bapak, bapak akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kiki. Tak usah sedih, tak usah gusar karena semua yang terbaik telah Allah tetapkan di catatan yang tersimpan di lauhul mahfudz.
Jika Kiki mebaca sebuah hadits tentang ruh. Yaitu ketika ruh keluar dari jasadnya, selama 40 hari ruh akan mengitari rumahnya. Lalu ia akan mengitari kuburnya dan melihat siapa yang mendoakan dan menziarahinya selama satu tahun. Dan setelah satu tahun, ruh akan kembali ke alam barzakh sebenarnya. Jika benar, mungkin bapak akan jarang menengok kiki. Sekali lagi bapak katakan jangan sedih. Bapak selalu memperhatikan kiki. Bapak selalu mendoakan kiki tanpa kiki minta. Bapak gak butuh kesedihan kiki atas kepergian bapak. Karena bapak yakin kiki sudah dewasa dan siap menjalani hidup ini. Bapak sayang kiki sebesar kiki sayang bapak.
Tergores luka dalam jiwa, jangan dirasakan pedihnya. Jadikan luka itu menjadi cambukan jiwa agar ia kembali ke jalan yan benar dan menyadari hakikat kekuasaan Allah. Karena setiap peristiwa pasti ada hikmah yang kita sebagai ulil albab, manusia yang berpikir, memikirkan dan menggiring diri kembali ke jalan yang lurus. Membenahi diri kita menjadi manusia yang berkelana di dunia semata-mata mencari ridha Allah.

Karena jika malam ini ruhmu benar-benar telah kembali ke alam barzakh sebenarnya. Aku hanya bisa berdoa. Ya Allah jadikanlah tidur bapakku nyenyak, senyenyak ia yang tidur sehabis shalat Isya dan menunggu datangnya waktu shubuh dan dibangunkan untuk menjalani yaumul baats, hisab, dan mizan dengan tenang. Jika pertemuanku dengan bapakku di dunia ini memang telah berakhir, maka pertemukanlah aku kembali dengan bapakku di syurga. Biarkan rasa rindu ini kupupuk untuk kemudian kudapati hasilnya dengan memeluk bapakku di syurga nanti. Aamiin. Jaga selalu bapakku Ya Allah.. Kiki sayang bapak karena Allah:""")





Ganteng kaaan bapak gueee?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ

Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segol...