Kosan, 18 September 2014.
Hari ini, genap sudah setahun kau pergi meninggalkan kami pak..
Aku, anakmu yang lemah ini akan selalu berusaha menjadi 'manusia'
yang dapat engkau banggakan, dapat memperberat timbangan amalmu di
yaumil mizan nanti.
Maafkan aku yang kadang lupa mendoakanmu. Maafkan aku yang selama
engkau merawatku, aku hanya bisa membuat engkau kesal, marah, dan bahkan menyesal mempunyai anak sepertiku.
Aku, sejatinya masih sangat membutuhkan sosokmu, Pak. Aku lemah. Aku
belum berani menatap dunia. Aku masih butuh uluran tanganmu untuk
menuntunku mengenal apa itu dunia.
Setahun ini duniaku sunyi. Setiap detik hatiku hanya terisi dirimu.
Beribu juta kebahagiaan baru takkan bisa menutupi dan melengkapi
potongan hatiku yang telah hilang semenjak 18 September tahun lalu.
Entah. Aku selalu butuh waktu setiap minggu untuk menangisimu. Aku
menangis bukan karena aku tak menerima takdir yang telah Allah tetapkan
sejak zaman azali dahulu. Aku menangis, karena aku rindu. Hanya rindu.
Aku menghitung hari, sampai kapan diriku ini tak bisa menjumpai ragamu?
Mungkin aku terlalu berlebihan bersikap seperti ini, bersikap seolah tak
rela dengan takdir Allah. Kadang kucoba menenangkan diriku. Menenangkan
dengan keyakinan bahwa dirimu sedang tertawa bahagia di alam yang tak
kuketahui bagaimana bentuknya. Aku yakin, engkau sedang tertidur nyenyak
di atas tempat tidur yang amat nyaman sekali dibanding tempat tidurmu
di dunia. Tapi apa daya, hatiku kembali ambruk. Kini kuteringat bahwa di
bawah batu nisan yang bertuliskan namamu, terdapat raga yang menjadi
penyemangat hidupku selama ini. Tak bisa ku bayangkan pak. Tak bisa.
Demi Zat yang menciptakan langit dan bumi aku ingin memelukmu sekarang.
Seumur hidupku bersamamu, aku hanya anak perempuan yang cuek yang tak
pernah memeluk engkau. Bahkan pertama dan terakhir kali aku mencium
pipimu adalah saat sebelum kapas putih menutupi wajahmu. Sungguh, akupun
benci, amat benci pada diriku sendiri. Dimana rasa sayangmu pada bapak
saat ia masih bisa menatap, berbicara dan menasihatimu? Tidak usah
menangis! Kali ini aku hanya ingin menanyakan pertanyaan ini pada
dirimu. Dimana dirimu saat bapak butuh kasih sayang dan perhatian
keluarga? Dimana dirimu dikala waktu hendak memisahkanmu dengan bapakmu?
Mungkin semua tinggal penyesalan. Kini tak ada hal yang bisa kau
lakukan selain mendoakannya. Melakukan amal saleh yang dapat membuatnya
bahagia. Menjadi manusia yang bertaqwa dan bermanfaat agar ia tenang
disana karena ia telah berhasil membimbing putrinya ke jalan taqwa yang
diridhoi Allah. Buktikan padanya bahwa Kiki kuat. Tak boleh ada kata
menangisi bapak lagi. Karena kiki sudah besar. Kiki harus berani menatap
dunia tanpa harus dituntun bapak lagi. Setiap langkah yang kiki lalui,
percaya pada bapak, bapak akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kiki.
Tak usah sedih, tak usah gusar karena semua yang terbaik telah Allah
tetapkan di catatan yang tersimpan di lauhul mahfudz.
Jika Kiki mebaca sebuah hadits tentang ruh. Yaitu ketika ruh keluar
dari jasadnya, selama 40 hari ruh akan mengitari rumahnya. Lalu ia akan
mengitari kuburnya dan melihat siapa yang mendoakan dan menziarahinya
selama satu tahun. Dan setelah satu tahun, ruh akan kembali ke alam
barzakh sebenarnya. Jika benar, mungkin bapak akan jarang menengok kiki.
Sekali lagi bapak katakan jangan sedih. Bapak selalu memperhatikan
kiki. Bapak selalu mendoakan kiki tanpa kiki minta. Bapak gak butuh
kesedihan kiki atas kepergian bapak. Karena bapak yakin kiki sudah
dewasa dan siap menjalani hidup ini. Bapak sayang kiki sebesar kiki
sayang bapak.
Tergores luka dalam jiwa, jangan dirasakan pedihnya. Jadikan luka
itu menjadi cambukan jiwa agar ia kembali ke jalan yan benar dan
menyadari hakikat kekuasaan Allah. Karena setiap peristiwa pasti ada
hikmah yang kita sebagai ulil albab, manusia yang berpikir, memikirkan
dan menggiring diri kembali ke jalan yang lurus. Membenahi diri kita
menjadi manusia yang berkelana di dunia semata-mata mencari ridha Allah.
Karena jika malam ini ruhmu benar-benar telah kembali ke alam
barzakh sebenarnya. Aku hanya bisa berdoa. Ya Allah jadikanlah tidur
bapakku nyenyak, senyenyak ia yang tidur sehabis shalat Isya dan
menunggu datangnya waktu shubuh dan dibangunkan untuk menjalani yaumul
baats, hisab, dan mizan dengan tenang. Jika pertemuanku dengan bapakku
di dunia ini memang telah berakhir, maka pertemukanlah aku kembali
dengan bapakku di syurga. Biarkan rasa rindu ini kupupuk untuk kemudian
kudapati hasilnya dengan memeluk bapakku di syurga nanti. Aamiin. Jaga
selalu bapakku Ya Allah.. Kiki sayang bapak karena Allah:""")
Ganteng kaaan bapak gueee?!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ
Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segol...
-
Bismillah.. Kali ini saya akan menulis tentang kampus yang saya cintai, Universitas Negeri Jakarta. Kalo ada yang nanya saya kuliah...
-
Matematika? Kenapa harus matematika? Bayangin deh dunia tanpa matematika. Ibu-ibu gak ngerti cara ngitung berapa biaya keperluan ru...
-
Oke langsung aja gue mau cerita pengalaman gue pas pelantikan PMR kemaren tanggal 30september-2oktober kemaren. Dari hari kamis gue udah k...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar