Sabtu, 19 Desember 2015

Mereka Berkumpul di Jalan



Ribuan orang bergerombol di jalan. Bukan. Orang-orang itu bukan sedang berdemo menuntut harga bbm turun. Bukan pula mengantri untuk mengambil ‘bantuan langsung tunai’. Lalu, sebenarnya apa yang mereka lakukan?

Orang-orang itu asyik dengan diri mereka sendiri. Ada yang diam. Ada yang terlihat bosan. Ada yang mulai mengerutkan dahinya. Ada yang membenarkan posisinya. Ada yang sudah tidak sabar dengan apa yang dihadapinya. Sebenarnya apa yang mereka hadapi?
Disini porsi mereka berbeda. Sesuatu itu dikuasai oleh orang dengan kepentingan berbeda. Satu orang ada yang menguasai 150 cm2, ada yang menguasai 500 cm2. Sebenarnya dimana mereka? Apa yang mereka kuasai?

Disana, secara tidak sadar mereka merusak diri mereka. Organ dalamnya tercemari. Akal sehatnya tersakiti. Perasaan dan egonya terkuati. Waktu dan daya ciptanya terlewati. Mereka tak perduli. Mereka anggap ini biasa. Mereka rasa inilah siklus kehidupan yang memang harus mereka lalui setiap hari.
Tidak pernahkah mereka bertanya dimana sebaiknya mereka berada? Apa ini, apa itu? Kenapa daku berdiam disini? Menunggu sesuatu berubah lalu dengan pelan-pelan menyeret alat yang membawaku itu ke tujuan?

Bosan. Kesal. Marah. Itu sudah biasa.
Ditemani bau khas itu. Disuguhi pemandangan memuakkan itu.

Sudahlah. Ini hanya dumelanku saja.
Ya, kadang aku berpikir. Apa hanya aku yang berlebihan menanggapi masalah ini?
Apa hal ini akan dibiarkan terus menerus?
Apa aku harus selamanya menjebak diriku pada lingkaran tak berguna itu?
Kenapa tak ada yang memberi solusi?
Kenapa semua orang acuh?
Kenapa aku marah?

Kenapa masalah kemacetan tak pernah bisa dituntaskan?????

Aku tak berharap muluk-muluk. Jika tak bisa dituntaskan, apakah bisa dikurangi saja? Bila tak bisa dikurangi, apakah boleh stagnasi saja? Jangan biarkan luka ini makin parah. Jangan biarkan kemacetan ini makin merah.

Setiap hari orang kehabisan waktunya di jalan. Durasi mereka di jalan setiap harinya selalu bertambah.

Harus apa?
Mengurung diri saja di rumah? Meninggalkan kota dengan sejuta kerumitan sarana dan prasarananya?
Membiarkan yang kaya mengambil segala hak milik yang miskin?
Membeli segala hal yang mereka mau?

Biar saja mereka di dalam kulkas berjalannya sana.
Berdiam seorang diri mengendarai alphard, jazz, avanza, jeep, dalam kemacetan Jakarta sambil menghubungi kolega untuk memutuskan berapa harga untuk menggusur rumah di kampung sebelah sana. 

Kiki. Anak yang bosan terjebak macet.
18/12/2015 21.59.

Senin, 07 Desember 2015

Siswa Harus Dibuat Menyukai Buku Paket Matematika



Siswa Harus Dibuat Menyukai Buku Paket Matematika.
“Kami suka membaca buku paket matematika”

Ketika saya duduk di kelas 0 – 11, saya tidak pernah membaca buku paket matematika. Jangankan membaca tuntas, membaca sebagian saja jarang-jarang bahkan tidak pernah.

Ketika SMP, saya hanya terpaku pada buku catatan saya yang saya anggap lengkap, dan tak pernah sekali pun menyentuh buku matematika. Rasanya dulu malas sekali membeli buku paket matematika yang bagi saya dulu tak berharga karena tak saya pelajari. Karena guru saya pun tak pernah menginstruksikan siswanya untuk membaca buku matematika. Sedang saya pun tak memiliki inisiatif untuk membacanya karena saya tak mendapatkan esensi untuk membaca buku matematika.

Ketika SMA, hal serupa terjadi pula, tapi lumayanlah sedikit karena kadang-kadang guru saya meminta siswanya untuk mengerjakan soal-soal di buku paket sebagai latihan, alhasil, pernah dicoret-coretlah buku tebal nan bersih itu, buku matematika.

Saat ini, saat saya masih kuliah di program studi pendidikan matematika, saya rajin membabat habis pembahasan buku paket matematika, karena saya menyukainya. Saya selalu menyukai kata pengantar dari setiap buku, tak terkecuali buku matematika. Ketika saya dituntut untuk memahami materi matematika kelas 5 dan 9, karena saya mengajar privat siswi kelas 5 dan 9, saya selalu menyempatkan diri saya untuk memahami materi yang akan saya ajarkan nanti. Satu-satunya sumber belajar saya adalah buku paket elektronik siswa yang dapat diunduh secara gratis di internet. Alhamdulillah sangat membantu. Ketika mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMP, saya mendapat tugas banyak sekali, mulai dari membuat sepotong RPP, sampai RPP lengkap, lalu membuat poster pembelajaran, dan lainnya. Untuk membuat tugas-tugas itu, saya harus memahami materi yang telah hilang dari memori saya semua, yaitu materi matematika SMP. Jadilah saya harus membaca dan memahami buku paket elektronik siswa.

Bapak, Ibu Guru, mari ajak siswa mengamati keindahan matematika dari sumber belajar yang luas, yaitu buku. Jangan biarkan mereka hanya terpaku pada ceramah Bapak/Ibu, slide presentasi Bapak/Ibu. Memang, membaca itu memakan waktu, apalagi bila diselipkan dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan isi materi, waktu tidak akan cukup menemani mereka. Timanglah mereka pada sepotong-sepotong materi dan masalah matematika yang mereka baca, amati, dan pahami sendiri oleh daya tangkap mereka. Biarkan mereka mendapat stimulus untuk memperluas pengetahuan matematika mereka melalui buku paket matematika. Apalagi buku paket siswa diknas sesuai kurikulum 2013 sudah cukup apik mengemas buku matematika yang menarik dan kreatif. Ajaklah siswa membaca. Beritahu mereka apa gunanya membaca. Ceritakan kepada mereka bagaimana asyiknya diri kita saat membaca, khususnya membaca buku matematika. Buatlah siswa menyadari bahwa hal-hal di sekitar mereka adalah matematika. Buat mereka sadar, agar mereka bangun dan menganggap matematika itu hanya sebuah mimpi, mimpi buruk, yang padahal dalam kehidupan nyata, matematika itu indah, matematika ada di sekeliling mereka. “Perkara matematika itu mudah.” Buat mereka memakukan kalimat itu di kepala mereka.

Kiki. 7/12/15 8:32 PM

Jumat, 27 November 2015

Cuap-Cuap Matematika



Cuap-Cuap Kiki

Dear all guys who read this article right now…
Matematika. Berhitung. Bernalar.
Mengapa harus ada matematika?
Kalau saja matematika tidak ada, apakah kehidupan manusia akan berkembang?
Kalau saja guru matematika di sekolah mengetahui benar apa itu matematika.
Kalau saja pembelajaran matematika tidak melulu tentang rumus dan perhitungan.

Yang saya khawatirkan dari dulu adalah ketuntasan belajar. Guru menuntut ketuntasan belajar siswa dapat dimaksimalkan tetapi bagaimana bisa bila siswa masih tidak mencintai matematika?

Saya, anak bawang yang masih belum mengerti apa-apa tentang matematika. Saya berusaha mendekati matematika. Selangkah lebih dekat dengan matematika setiap harinya. Agar suatu hari nanti di saat waktu menghendaki saya berdiri di hadapan siswa, saya telah siap. Siap tersenyum pada mereka. Siap menjadi apa yang mereka inginkan. Siap memberi apa yang mereka butuhkan.

Selama saya belajar matematika di bangku sekolah, saya selalu bertemu dengan guru yang menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Biar saya ingat-ingat dulu agar saya dapat menganalisis apa yang seharusnya saya dapatkan di bangku sekolah kala itu.

Mulai saat ini saya akan memegang prinsip bahwa sekolah dengan predikat baik pasti memiliki sumber daya pengajar dan sarana prasarana yang baik pula. Mata saya mulai terbuka ketika saya duduk di bangku perkuliahan.

Bukan maksud saya mendiskriminasi sekolah yang kurang baik, tapi inilah beberapa fakta yang saya rasakan dan saya temukan di dalam sana.
Saya merasa seperti tidak pernah duduk di sekolah dasar saat teman-teman saya mengatakan bahwa ketika mereka duduk di sekolah dasar, mereka diminta oleh guru mereka membawa benang, lalu dilingkarkanlah benang tersebut sepanjang sisi lingkaran hingga didapatlah keliling lingkaran sebelum akhirnya mereka menghitung keliling lingkaran menggunakan rumus keliling lingkaran.
Pun perkara jangka, busur dan semacamnya. Saya tipikal orang yang tidak mudah melakukan sesuatu, apalagi bila sesuatu tersebut merupakan suatu pengalaman yang saya buat sendiri. Ya, misalnya saat seseorang diajari cara menggunakan jangka untuk membuat sebuah lingkaran, lalu ia diminra secara langsung membuat lingkaran dengan panjang jari-jari yang telah ditentukan lalu ia bisa, maka ia telah mengkonstruksi pengetahuan baru di dalam memorinya dan terbukti bahwa memang semua pengetahuan itu harus dikonstruksi sendiri oleh diri setiap individu.
Sebaik apapun metode yang telah diterapkan guru agar siswanya mengerti akan suatu hal, bila siswa tersebut sama sekali tidak mau membangun, mengkonstruksi pengetahuan baru dalam memorinya, maka tidak ada hasil apa-apa karena semua bermulai dengan kata ‘Oooh’. Ketika seseorang berkata “Oh..” artinya ia baru mendapatkan sesuatu dan ia akan mengkonstruk sesuatu dalam pikirannya. Jadi ingatkan dan sadarkan siswa kita bahwa mereka harus membuka, membuka pikiran mereka untuk bersiap membangun semua pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah. Bawalah mereka berpetualang dalam alam pikiran mereka sendiri. Ingatkan bahwa merekalah arsitek kehidupan mereka. Bangunlah pengetahuan-pengetahuan itu. Jangan biarkan pengetahuan itu terlewat begitu saja karena diri mereka belum siap untuk membangun atau tidak ingin membangun pengetahuannya. Buatlah mereka berbahagia untuk membangun pulau-pulau pengetahuan, khususnya disini, pulau pengetahuan matematika.

Minggu, 20 September 2015

Tulisan 1 Tahun Kepergian Bapak

Kosan, 18 September 2014.

Hari ini, genap sudah setahun kau pergi meninggalkan kami pak..
Aku, anakmu yang lemah ini akan selalu berusaha menjadi 'manusia' yang dapat engkau banggakan, dapat memperberat timbangan amalmu di yaumil mizan nanti.
Maafkan aku yang kadang lupa mendoakanmu. Maafkan aku yang selama engkau merawatku, aku hanya bisa membuat engkau kesal, marah, dan bahkan menyesal mempunyai anak sepertiku.
Aku, sejatinya masih sangat membutuhkan sosokmu, Pak. Aku lemah. Aku belum berani menatap dunia. Aku masih butuh uluran tanganmu untuk menuntunku mengenal apa itu dunia.
Setahun ini duniaku sunyi. Setiap detik hatiku hanya terisi dirimu. Beribu juta kebahagiaan baru takkan bisa menutupi dan melengkapi potongan hatiku yang telah hilang semenjak 18 September tahun lalu.
Entah. Aku selalu butuh waktu setiap minggu untuk menangisimu. Aku menangis bukan karena aku tak menerima takdir yang telah Allah tetapkan sejak zaman azali dahulu. Aku menangis, karena aku rindu. Hanya rindu. Aku menghitung hari, sampai kapan diriku ini tak bisa menjumpai ragamu? Mungkin aku terlalu berlebihan bersikap seperti ini, bersikap seolah tak rela dengan takdir Allah. Kadang kucoba menenangkan diriku. Menenangkan dengan keyakinan bahwa dirimu sedang tertawa bahagia di alam yang tak kuketahui bagaimana bentuknya. Aku yakin, engkau sedang tertidur nyenyak di atas tempat tidur yang amat nyaman sekali dibanding tempat tidurmu di dunia. Tapi apa daya, hatiku kembali ambruk. Kini kuteringat bahwa di bawah batu nisan yang bertuliskan namamu, terdapat raga yang menjadi penyemangat hidupku selama ini. Tak bisa ku bayangkan pak. Tak bisa. Demi Zat yang menciptakan langit dan bumi aku ingin memelukmu sekarang. Seumur hidupku bersamamu, aku hanya anak perempuan yang cuek yang tak pernah memeluk engkau. Bahkan pertama dan terakhir kali aku mencium pipimu adalah saat sebelum kapas putih menutupi wajahmu. Sungguh, akupun benci, amat benci pada diriku sendiri. Dimana rasa sayangmu pada bapak saat ia masih bisa menatap, berbicara dan menasihatimu? Tidak usah menangis! Kali ini aku hanya ingin menanyakan pertanyaan ini pada dirimu. Dimana dirimu saat bapak butuh kasih sayang dan perhatian keluarga? Dimana dirimu dikala waktu hendak memisahkanmu dengan bapakmu? Mungkin semua tinggal penyesalan. Kini tak ada hal yang bisa kau lakukan selain mendoakannya. Melakukan amal saleh yang dapat membuatnya bahagia. Menjadi manusia yang bertaqwa dan bermanfaat agar ia tenang disana karena ia telah berhasil membimbing putrinya ke jalan taqwa yang diridhoi Allah. Buktikan padanya bahwa Kiki kuat. Tak boleh ada kata menangisi bapak lagi. Karena kiki sudah besar. Kiki harus berani menatap dunia tanpa harus dituntun bapak lagi. Setiap langkah yang kiki lalui, percaya pada bapak, bapak akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kiki. Tak usah sedih, tak usah gusar karena semua yang terbaik telah Allah tetapkan di catatan yang tersimpan di lauhul mahfudz.
Jika Kiki mebaca sebuah hadits tentang ruh. Yaitu ketika ruh keluar dari jasadnya, selama 40 hari ruh akan mengitari rumahnya. Lalu ia akan mengitari kuburnya dan melihat siapa yang mendoakan dan menziarahinya selama satu tahun. Dan setelah satu tahun, ruh akan kembali ke alam barzakh sebenarnya. Jika benar, mungkin bapak akan jarang menengok kiki. Sekali lagi bapak katakan jangan sedih. Bapak selalu memperhatikan kiki. Bapak selalu mendoakan kiki tanpa kiki minta. Bapak gak butuh kesedihan kiki atas kepergian bapak. Karena bapak yakin kiki sudah dewasa dan siap menjalani hidup ini. Bapak sayang kiki sebesar kiki sayang bapak.
Tergores luka dalam jiwa, jangan dirasakan pedihnya. Jadikan luka itu menjadi cambukan jiwa agar ia kembali ke jalan yan benar dan menyadari hakikat kekuasaan Allah. Karena setiap peristiwa pasti ada hikmah yang kita sebagai ulil albab, manusia yang berpikir, memikirkan dan menggiring diri kembali ke jalan yang lurus. Membenahi diri kita menjadi manusia yang berkelana di dunia semata-mata mencari ridha Allah.

Karena jika malam ini ruhmu benar-benar telah kembali ke alam barzakh sebenarnya. Aku hanya bisa berdoa. Ya Allah jadikanlah tidur bapakku nyenyak, senyenyak ia yang tidur sehabis shalat Isya dan menunggu datangnya waktu shubuh dan dibangunkan untuk menjalani yaumul baats, hisab, dan mizan dengan tenang. Jika pertemuanku dengan bapakku di dunia ini memang telah berakhir, maka pertemukanlah aku kembali dengan bapakku di syurga. Biarkan rasa rindu ini kupupuk untuk kemudian kudapati hasilnya dengan memeluk bapakku di syurga nanti. Aamiin. Jaga selalu bapakku Ya Allah.. Kiki sayang bapak karena Allah:""")





Ganteng kaaan bapak gueee?!

Flashback Bulan September 2013, Kepergian Ayahanda Tercinta



Kematian.
Gue pengen cerita aja kronologi September 2013.
Bapak Kiki
M. Soleh. HS
Lahir Jakarta, 27 Maret 1951
Wafat Jakarta 18 September 2013

Dulu, denger kata kematian, di kuping gue tuh asing, di otak gue amenakutkan, di hidup gue serem. Angker. Kematian itu identik sama hal gaib. Setiap ada tetangga yang meninggal, gue 2 mingguan gak berani ke kamar mandi! Takut tau-tau orang yang meninggal itu muncul entah di samping gue lah, belakang gue, depan gue, dari dalem kulem, dari wc, walah, setiap sisi kamar mandi menakutkan deh. Itu pas gue kelas 5 sd dan berlanjut sampe sekarang. Tapi makin kesini, takutnya gak sampe 2 minggu, udah kekorting seminggu jadi takut cuma seminggu. Trus tiba-tiba…. 18 September 2013, kata kematian itu mampir ke dalam rumah gue, bapak gue tercintaaaaaaaa meninggal. Gue ga percaya bapak gue meninggal, sampe saat ini juga gak percaya. Orang bapak gue masih ada tuuuh lagi tiduran di kasur wee. Kenapa gue gak percaya? Karena gue gak liat dengan mata kepala gue sendiri detik-detik bapak meninggal. Kaya mimpi, tiba-tiba di sekolah dikabarin kalo bapak udah gak ada. Nyesek gak tuh!

Gini. Bapak gue emang udah bertahun-tahun perutnya rada bermasalah. Sehabis makan perutnya selalu langsung mules minta dikeluarin. Jadi udah jadi pandangan biasa aja kalo bapak gue sering banget bolak-balik kamar mandi. Bapak gue juga udah tahunan kakinya sering kram. Kalo bapak lagi kram, trus ibu gak ada, gue suka ngusapin minyak gandapura ke tangan dan kaki bapak yang kram. Rasanya tuh pengen nangis setiap ngelakuin itu. Sedih. Kasian banget bapak kram terus. Minyak gandapura panas kan. Tapi kalo kram bapak gak bisa ngerasa apa-apa, jadi gue ngolesin minyak sebanyak apapun bapak gak akan kepanasan.

Nah, udah 3 bulanan deh itu perut bapak yang bermasalah banget. Pernah pas gue bangun tidur bapak meringkik liriiih banget ngerasain perutnya, sumpah itu gue di kamar pengen nangis banget tapi gak bisa berbuat apa-apa. Trus ke rumah sakit tuh, katanya empedu bapak pecah. OMG empedu… Katanya empedunya masuk ke perut besar:”””. Pokoknya sababnya tuh di perut. Perut bapak makin besar banget. Udah coba dokter, alternative juga udah. Nah kalo pas alternatif, bapak kan dating 2 kali. Pas dating pertama, bapak divonis komplikasi! Bayangin perasaan bapak gue gimana. Masih kebayang nih di sanubari gue, bapak yang abis pulang dari alternatif, tiduran di kasur, merem tapi gue bisa liat kesedihan di raut mukanya. Sedih banget ingatnya ya Allah. Alternatif, bapak dikasih makanan ayam bahkan, namanya bekatul. Bapak mau gak mau deh tuh makan bekatul hik. Nah jeda berapa minggu gitu bapak balik pengobatan alternatif lagi. Pas cek, hasilnya kabar gembira! Yang tadinya itu penyakit/gangguan ada 9, jd Cuma 2. Seneng banget kan gue baca hasilnya. Nah dikarenakan sudah mulai normal ini, bapak gue kurang control makanan dan minuman. Makanan pedes dimakan, minuman yang maniiis juga dikonsumsi, dan itu selama beberapa minggu. Fatalnya, malam senin, abang gue beli soto, soto sambelnya buanyak banget, abang gue kan pengen makan tapi gak enak lah ya kalo ga nawarin bapak. Akhirnya abng gue tawarin bapak, dan bapak mau. Hiks hiks. Bapak makan soto abang gue yang penuh sambel, dan abang gue beli soto lagi… Nah mulai deh itu perut bapak mulai udah gak kuat ngonsumsi gituan…..

Besoknyaa, hari senin, gue kan hari pertama pm, pendalaman materi, nah pulang pm gue belajar kelompok dulu, hari itu gue gak bawa hp dan gak bawa motor. Itu maghrib dan gue sebenernya gak enak nelpon bapak gue minta jemput, tp karena satu-satunya nomor yang gue apal itu nomer bapak gue, akhirnya gue tlp bapak. “Pak” “ya ki” *suara yang belom perah gue denger, lirih banget* “ada yang bisa jemput ki gak di sekolah sekarang” “sekarang? Iya nih ntar dijemput, jangan kemana-mana” *gue biasanya abis minta jemput suka ilang gitu soalnya* “Iya pak” “tungguin ya” “iya”. Akhirnya 15 menitan abang gue jemput. Gue diajak ke atm dulu lah,  ke alfamart dulu lah. Pas pulang, salim sama bapak. Astaghfirullah, ini kenapa tangan bapak suhunya aneh banget, gak pernah ngerasain suhu kaya gini, suhu yang bikin hati gue langsung lemes, sedih. Gue tuh sedih cuma di hati. Bapak gak pernah tau kalo gue sedih, yang bapak tau, gue itu cuek ga pernah merhatiin bapak. Anak durhaka;””””( Ternyata, maghrib2 itu, 3 orang lagi minta jemput juga. Kaka gue yg pulang privat, kaka gue yg pulang dari kampus minta jemput juga. Itu sore pokonya bapak gue galau banget, anak-anaknya pada belom pulang. Anak cewenya 4 orang gak di rumah. Itu bapak telponin semua anaknyaaa sore-sore itu. Ternyata bapak nelpon gue sampe 5 kali dan 3 pesan suara. Nanyain kiki kemana kok belom pulang. Pokonya semua anaknya yg belom pulang ditelponin. Tumben banget. Ada apa nih.. dalam hati gue. Yaudah pulang gue shalat trus baca qur’an. Nah pas baca qur’an hati gue kampret, gue serasa bilang gini, yah bapak kasian sakitnya, apa dikit lagi gue kalo baca qur’an diniatin buat bapak, pake khususon ila ruuhi abi Muhammad soleh bin h. abd. Shomad? Ahhh kiki hatinya suka gila!!! Posisinya gini, gue baca qur’an di kamar dan bapak tiduran di luar kamar. Gue emang suka baca qur’an kenceng supaya bapak denger gituu hehe. Gue tau banget tuh kayanya malem itu bapak lagi gak enak badan banget. Tiduran aja. Tapi ponakan gue 6 orang lagi ngumpul rusuh banget, bapak yg lagi istirahat gak marah, malah masih sempet becandain mereka. Pokoknya malam itu sunyi banget hati gue.

Besokannya, jam 4, gue terbangun mendengar suara bapak gue merintih. Gue dengerin aja tuh percakapan bapak sama ibu gue. Bapak bilang, “bu, gue udah gak kuat dah nih ke kamar mandi, gue mau pup disini aja, pakein apaan kek”. Ibu gue masih ngira bapak gue kenyi doang palingan, makanya ibu gue bilang, “ntar bau pak” “biarin, tatakin Koran kek, perlak kek” akhirnya kayanya ditatakin perlak deh. Trus gue mandi, sholat, pas rapi sholat ibu gue bilang, “ki, masa bapak t*inya item dah” gue kan benci banget mengaitkan segala hal dengan kematian, apalagi mikir kalo bapak meninggal itu, ogah banget gue mikirin! “ah masa bu? Ah nggak ah bodo” *gue gak mau mikirin hal2 buruk. Nenek gue kan meninggal thn 2013 juga ya bulan maret, beda 6  bulan sama bapak gue. Nenek gue t*inya item itu bulan januari, 3 bulan sebelum meninggal, jadi kirain bapak gitu jugaaa. Yaudah dah tuh gue berangkat sekolah. Motor kan masih digembok, nah gue gak tau bapak taro gemboknya dimana, bapak tidur lagi, trus gue udh ketemu dah tuh gembok. Tadinya pengen ngeluyur aja gak mau pamit sama bapak. Eh Alhamdulillah ada temen bapak jenguk, akhirnya bapak melek, gue spik aja nanya “pak, gembok dimana?” “disitu” trus gue salim, trus kabur sekolah. Dan ternyata itu adalah terakhir kalinya gue pamit sekolah dan salim sama bapak gue!!!! Trus gue sekolah, pm dan belajar kelompok lagi. Gue baru baca pm kaka gue katanya bapak dibawa ke rumah sakit pagi jam 10 trus dirawat. Hati gue mencelos. Anjrit, pm lagi, abis pm pada pengen belajar kelompok. Gue udah galau tuh sepanjang pm sama belajar kelompok mantengin RU takut kaka gue update hal yang gak gue pengen terjadi. Akhirnya maghrib gue pulang. Pulang, sepi. Gak ada orang di rumah. Anjrit rumah biasanya rame kaya pasar tau-tau kosong. Ternyata ada abang gue satu nungguin rumah. Yaudah gue makan, sholat maghrib, baca qur’an. Eh gak kuat, keingetan bapak, nangis deh kejer banget takut hal gak diinginkan terjadi. Doaaaa terus sama Allah supaya bapak disembuhkan, jangan ambil bapak dulu karena gue belom bisa berbuat apa2 buat bapak, dan bapak juga masih pengen hidup juga. Bayangin baru nikahin 3 anak, 7 anak lainnya belom pada nikah. Gimana nasibnya. Pas kesehatan bapak udah rada menurun bapak bilang, “ya kita sih pengennya jangan dulu dah (jangan meninggal dulu), masih pengen ngerasain (nikahin anaknya kali ya)”.

Akhirnya jam 8 malem nunggu kaka gue pulang privat, gue sm keluarga kaka gue ke rumah sakit. Hati mencelos pas masuk kamar, pengen nangis tapi malu. Anjir itu bapak gue kenapaaaa. Napesnya kenapa kaya gituuu. Sumpah untuk satu napes aja susah banget buat bapak, perutnya naik turun 3 kali gitu baru satu napes. Pas kita dating bapak sama sekali gak melek. Kita juga gak enak ngebangunin. Trus gue iseng videoin bapak, dalam hati gue yang kampret, gue bilang ‘harus direkam nih buat kenang2an” hati gue kampreeet. Trus pas ibu gue bilang, “bapak nanti kalo udah sehat, udah pulang ke rumah, makanannya harus dijaga banget dah!” dalem hati gue “bu, emang bapak bakal pulang ke rumah?” sotoy banget hati gue;”””. Trus abang ipar gue masuk, liat bapak masih pake cincin batu, katanya “Bu, itu bapak cincinnya lepas lah, nanti gak lancar aliran darahnya”. Yaudah ibu gue Tanya bapak gue, “pak, cincinnya lepas ya?”, bapak dalam kondisi masih merem bilang “iya”. Gue shock. Kok tumben bapak mau lepas cincinnya? Bapak kan selalu pake cincin batu mulu. Ini berarti bapak mulai mau lepas keduniaan. Apa bapak???? Hati gue mulai berpikir macem-macem. Trus pulang karena besok sekolah dan pm, takut dimarahin wakepsek kalo gak pm. Akhirnya pulang, gak nginep. Di perjalanan galau.

Sampe rumah, gue tidur di kasur tempat bapak biasa tidur. Rumah sunyi banget. Kaka gue pas sampe rumah langsung tidur, abang gue gak tau kemana, langsung deh gue kejer. Hati gak karuan, ngerasa kalo bapak bakalan pergi. Dan gak siap untuk hal itu. Nangis kejeeer banget. Akhirnya gue tidur. Jam 1 malam, kakak gue bbm katanya bapak ga sadar dipanggil. Nah gue kalo lagi tidur, nyawa dimana-mana jadi gak ngeh banget. Gue gak langsung bales bbm kakak gue yang kebingungan sama keadaan bapak yang tengah malam itu katanya udah drop banget.
(Belum selesai ditulis) (Bersambung)

Perawakan bapak gue itu bener-bener buat gue nyaman. Tubuhnya gemuk, ya pasti tangannya juga gemuk, jadi tiap salim tuh enak banget, nyaman banget salim sama bapak, damai banget. Hangat, tangannya juga hangat. Udah berapa bulan ki gak salim sama bapak? 11 bulan. Hmm. Kalo naik motor, pegangangan perut bapak tuh enak banget, gemuk, kekar, nyaman, jadi gak akan takut jatoh. Ya Allah maafin kiki yang dulu pernah malu dianterin sekolah sama bapak karena motor bapak yang udah tua;”””(. Gini, bapak gue identik sama motornya. Motor yang dulu jaman 80an ngetren banget. Ya itu motor udah tua, tp setia banget nganter gue sekolah tiap hari selama gue smp. Smpai suatu saat, ketika gue SMA entah kelas berapa, bapak harus jual motor kesayangannya itu untuk bayar uang sekolah. Duh nangis kan nih gue. Padahal itu motor baru diganti platnya dari plat merah milik kantor jadi plat hitam milik sendiri. Bapak foto deh itu motor, tampak depan, samping kanan, samping kiri, belakang. Dicetak banyak dan dipajang di lemari. Sampe sekarang ada tuh tp warnanya udh pudar gara2 Cuma ditempel di kaca lemari gak ditaro di bingkai. Bapak gue tuh subhanallah banget masalah pendidikan. Bapak gue 10 bersaudara, kebanyakan adik-adiknya sekolah di sekolah islam, nah bapak gue dari sd sampe sma sekolah di umum, jd agamanya kurang. Bapak gak mau anak-anaknya ngikutin jejak dia. Jadi dari anak pertama sampe kesepuluh wajib sekolah di agama. Sd sepuluh-sepuluhnya sekolah di MI. Manbaul Hidayah. Smp semua di mts. Sma semua di MA, kecuali anak pertama di smk. Katanya sekolah umum tuh gak ada apa-apanya. Udah al-falah aja. Padahal gue pengen banget dulu masuk SMA negeri tp gak dikasih sama bapak. Kayanya satu-satunya hal yang bikin bapak bangga sama gue kayanya pas gue masuk SMA. Gue kan ceritanya juara 3 se-MTs, nah kalo masuk MA dapet potongan, dari 3.5 juta, jadi cuma 700rb, subhanallah itu bapak gue seneng banget.
(Belum selesai ditulis) (Bersambung).


Ini foto-foto yang diambil pada 18 September 2013....
Duh sedih liat ini lagi...



Sedih gak sih? Sedih banget ngebayangin di bawah nisan ini ada bapak lagi bobo. Bobonya bukan di kasur, tapi di dalam sana:((


 Ini foto keluarga terakhir bersama Bapak saat Idul Fitri 2013.
Well, I'll miss you till the all the things in this world gone. Love you so much dad! Udah 2 tahun ditinggal sama bapak, semoga kiki tetap bisa kuat dan istiqomah buat doain bapak terus. Ya Allah pertemukan kami sekeluarga di Jannah-Mu Ya Allah.. Kami ingin merangkai cinta keluarga abadi dalam rahmah-Mu Ya Allah. Aamiin.

ESSAY PENGAJAR SBMPTN KSE UNJ

Pendidikan itu mahal. Sekolah negeri, meski sudah digratiskan biaya operasionalnya, masih merupakan beban yang sulit dipikul bagi segol...